Kalau dahulu masyarakat kita menyebut "orang yang pintar" dengan
dukun tak sedikit orang untuk melariskan dagangannya atau mendapatkan apa yang diinginkannya pergi ke
dukun tanpa
rasa malu atau takut di cap oleh masyarakat sekitar, namun seiring
berkembangnya jaman orang-orang mulai mengenal Islam lebih jauh sehingga
dukun dianggap tabu. Namun
dukun-dukun tak mau kehilangan profesinya sebagai dukun, maka kata dukun ini diganti menjadi
guru spiritual, orang pintar dll. Ketika ditanya "bu mau kemana? Saya mau ke orang pintar karena anak saya sudah lama sakit".
Guru spiritual dengan
Dukun ini dua istilah yang
sangat jauh berbeda. seorang guru spiritual tidak akan membuka praktek
pelayanan kepada masyarakat kecuali kepada mereka yang ingin belajar
spiritual yaitu belajar berTuhan. Kalau dukun dia memiliki ruang khusus
untuk praktek, yaitu praktek pelayanan yang bermacam-macam seperti ada
pelarisan, jasa security jin, kesaktian- kesaktian, dll.
Perbedaan yang jelas dari kedua profesi ini akan memperjelas kepada kita
juga apakah kita mau belajar spiritual, atau belajar perdukunan. jika
kita mau belajar ke Allah atau belajar berTuhan maka belajar lah kepada
guru spiritual yang hanya mengajarkan hanya kepada Allah, tapi jika kita
ingin belajar kesaktian, penglaris, kekayaan, daya tarik lawan jenis
dll maka belajar lah kepada dukun. jangan belajar spiritual kepada dukun
karena nanti tidak akan menemukan sesuai dengan apa yang diinginkan,
jika ingin belajar berTuhan yang benar maka belajar hanya kepada guru
spiritual sehingga tidak tersesat belajar kepada dukun. Dunia perdukunan
merupakan dunia tipu tipu, kenapa tipu tipu karena sebenarnya yang
"sakti" adalah keyakinan kita sendiri bukan dari dukun. cuma dukun
menipu kita dengan rajah-rajah, jimat-jimat... padahal sebenarnya jika
kita tidak percaya dengan hal tersebut, benda benda itu tidak ada
manfaatnya.
Persoalan yang terkait dengan dukun banyak menimpa berbagai kalangan.
Dari artis sampai politisi. Belakangan ini yang menjadi ramai oleh
pembicaraan publik adalah kasus Adi Bing Slamet, selebriti kawakan yang
merasa tertipu oleh aksi perdukunan. Adi merasa menjadi korban dan telah
terkelabui oleh dukun yang dikenal dengan sebutan Eyang Subur.
Persoalan terkait dengan dunia perdukunan ini menjadi menarik karena di
dalamnya ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Pelajaran bisa diambil
oleh siapa saja, baik yang sudah sangat akrab dengan dukun beserta
kepentingan politis, bisnis, atau popularitasnya; beberapa kali saja
berhubungan dengan dukun; atau yang sama sekali tak bersinggungan dengan
dunia perdukunan. Bahkan, bagi mereka yang pikirannya steril dari
perdukunan dan tidak memiliki ide apapun tentang dunia perdukunan.
Ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini tidak pernah
mengajarkan umatnya untuk beriman kepada manusia, bahkan kepada Nabi
Muhammad sekalipun. Posisi Nabi Muhammad hanya sebagai pengantar wahyu
dari Allah untuk kaum muslim. Dan kaum muslim hanya diperintahkan untuk
menghormat beliau saja dan mendoakan beliau. Tak lebih tak kurang. Nabi
pun bukan sesosok manusia yang menjadi perantara. Nabi juga bukan
menjadi hijab yang menutupi antara manusia dengan Tuhannya. Untuk itu
bukan kenalilah guru anda agar mendapatkan ini itu, tapi
kenalilah Tuhan dan Agama anda. Jangan sampai anda "memeluk agama" tapi tidak "memeluk Iman".
irm@
Dalam
kasus Adi Bing Slamet, seorang manusia yang berjuluk dukun telah
menjadi punutup atau hijab antara ia dengan Tuhannya. Karena itu, jika
ada seorang guru spiritual yang menempatkan dirinya sebagai hijab antara
manusia dengan Tuhan, maka pantas ia untuk ditinggalkan dan
dicampakkan.