Sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum
agama Islam muncul di muka bumi, para nabi dan rasul telah diutus untuk
menyampaikan wahyu Alloh SWT dan syari'at-Nya kepada umat manusia. Para
rasul itu adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda. Di antara
mereka ada yang diberi kemampuan luar biasa dalam berargumen dan
berdebat, sebelum usianya genap delapan belas tahun.
Nabi
Ibrahim a.s., misalnya, seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an, adalah
pemuda yang sering berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada
patung-patung yang tidak dapat bicara, memberi manfaat dan mudharat (QS
Al-Anbiya:60-67). Kita juga ingat kisah Ashabul Kahfi - yang tergolong
pengikut Nabi Isa a.s. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak kembali
agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Alloh SWT. Mereka
bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu
gua, karena jumlah mereka relatif sedikit yakni tujuh orang di antara
masyarakat penyembah berhala. Fakta sejarah ini terekam jelas dalam
Al-Qur'an surat Al Kahfi ayat 9-26, yang di antaranya :
"(Ingatlah)
tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu
mereka berdo'a : 'Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami (ini)'." (Q.S. Al-Kahfi : 10)
"Kami ceritakan
kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka
itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang
Pencipta), dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". (Q.S. Al-Kahfi : 13)
Potensi Besar Pemuda-Mahasiswa dalam Kehidupan Masyarakat
Demikian keadaan dan peran golongan pemuda. Kiprah mereka telah terukir
indah dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi
besar suatu kehidupan. Terlebih kelompok pemuda seperti mahasiswa;
karena, selain diharapkan oleh umat, peranan mereka pun sangat
didambakan oleh kelompok masarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke
arah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai "mahasiswa" memang menjadi
peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya. Tidak
heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan dunia dipelopori
oleh gerakan pemuda-mahasiswa. Sebagian sahabat yang menyertai
Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam - yang akhirnya berhasil
menguasai lebih dari dua pertiga belahan bumi - adalah para pemuda yang
menjadi murid (mahasiswa) Rasulullah SAW.
Secara fitra, masa
muda merupakan jenjang kahidupan manusia yang paling optimal. Dengan
kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika
pemuda-mahasiswa memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan
kelompok masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan
banyak dimiliki pemuda mahasiswa. Pemikiran kritis mereka sangat
didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen
perubahan (
agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh
tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan
ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet
peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib
umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini.
Namun, potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam;
ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut.
Orang yang menggenggam pedang itu-lah yang menentukannya. Pedang yang
tajam terkadang digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan
kemaksiatan, jika dipegang oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Sebaliknya, jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab,
ketajaman pedang itu akan membawa manfaat. Demikian juga dengan potensi
mahasiswa. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk
menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan
kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang
berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak
sedikit di antara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi
peradaban, dan menghancurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.
Jadi, potensi yang dimiliki oleh pemuda-mahasiswa haruslah diarahkan
untuk menyokong dan mempropagandakan nilai-nilai kebaikan. Seorang
mahasiswa muslim tentunya akan berada di garis depan untuk membela,
memperjuangkan, dan mendakwahkan nilai-nilai Islam. Seorang mahasiswa
muslim tidak layak hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah
kemunduran umat yang sangat memprihatinkan ini. Seorang mahasiswa
muslim jangan sampai menjadi penghalang kemajuan Islam dan perjuangan
kaum muslimin. Na'udzubillah.
Menyorot Realitas Pemuda-Mahasiswa Muslim Kini
Kita akui, pengaruh sistem kehidupan yang berlaku dalam suatu kurun
kehidupan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan perilaku manusia
yang hidup pada zaman tersebut. Hal ini berlaku pula bagi
pemuda-mahasiswa. Format kehidupan mahasiswa sekarang, sedikit banyak
telah terpengaruh oleh sistem kehidupan yang berlaku sekarang, yaitu
sistem demokrasi kapitalis.
Kalau memperhatikan apa yang terjadi
di kampus-kampus di negeri ini, secara umum, paling tidak kita akan
menemukan adanya beberapa kelompok mahasiswa muslim yang pemahaman dan
kecenderungannya relatif berlainan. Citra dan cita-cita mereka juga
relatif berbeda sesuai dengan landasan pemikiran yang mendasarinya.
Kelompok pertama, adalah mereka yang merasa tidak puas dengan kondisi sekarang, lalu melakukan berbagai perubahan.
Mereka melihat bahwa sistem kehidupan yang berlaku sekarang hanya
melahirkan penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan. Arah
perubahan ynag mereka inginkan ada yang tidak terlepas dari format
ideologi kapitalis, ada juga yang terpengaruh ideologi sosialis.
Haluan politik kapitalis berjalan seiring dengan format demokrasi yang
mereka terjemahkan sesuai dengan kondisi di negeri ini. Kelompok
demokrat ini memang lebih menginginkan agar demokrasi yang ada
benar-benar ditegakkan. Isu-siu bahwa kedaulatan dan kekuasaan di tangan
rakyat, bahwa rakyatlah yang paling berhak menentukan arah
pemerintahan, paling sering mereka teriakkan dengan lantang. Terhadap
berbagai masalah kemasyarakatan, isu hhak asasi manusia (HAM) juga
sering mereka jadikan bukti lemahnya penerapan demokrasi; terlepas dari
paham atau tidaknya mereka akan hakekat demokrasi dan aturan produk
barat lainnya.
Adapun yang terpengaruh oleh sosialis mengehendaki perubahan yang lebih
radikal. Mereka menuntut perubahan tatanan kehidupan melalui revolusi.
Menurut mereka, suksesi kepemimpinan mestinya segera dilakukan. Cara
yang mereka lakukan tidak jarang mengarah kepada pengrusakan, dengan
membangkitkan emosi massa. Kerugian akibat aksi-aksi yang mereka lakukan
tidak sedikit. Berbagai isu kesenjangan sosial dan kasus kerusuhan yang
melibatkan massa menajdi sarana subur utnuk aksi mereka. Jurus mereka
kerap kali memancing di air keruh.
Apapun alasannya, cara-cara
yang ditempuh kelompok mahasiswa ini tidak bisa dibenarkan oleh Islam.
Landasan perjuangan kelompok tersebut jelas tidak sesuai dengan
pandangan Islam. Sebab, ide-ide sosialis ataupun kapitalis, termasuk
demokrasi serta ide-ide yang terlahir darinya seperti HAM, pluralisme,
dan lain-lain, merupakan pemahaman Barat yang kufur yang sangat
bertentangan dengan Islam. Haram bagi kaum muslimin mengambil pemahaman
dan aturan-aturan yang bukan berasal dari Islam. Alloh SWT berfirman :
"Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka laksanakanlah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah." (Q.S. Al-Hasyr : 7)
Hal lain yang sangat kita sayangkan, tidak sedikit mahasiswa muslim
yang turut mempropagandakan dan memperjuangkan paham-paham tersebut. Di
antara mereka ada yang melakukannya karena ikut-ikutan saja, karena
kebodohannya, dan ada juga karena memang ingin memperjuangkannya.
Akibatnya, secara tidak langsung, mereka menjadi prototipe dan agen-agen
Barat dalam menyebarkan paham-paham yang sebenarnya merupakan racun
bagi kaum muslimin.
Kelompok kedua adalah
mereka yang cuek terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Yakni, mereka
yang tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat.
Bagi mereka yang penting selamat. "Ngapain susah-susah mikirin nasib
kaum muslimin yang lain. Mikirin diri sendiri aja udah susah.
Memang sistem kapitalis yang menyetir pola kehidupan sekarang melahirkan
degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Sistem ini memang berhasil
memberikan nilai materi yang cukup berlimpah. Namun, ternyata
keberhasilan itu hanya diraup oleh segelinitr orang yang 'kuat',
sementara mayoritas rakyat hidup dalam kesengsaraan. Lapangan pekerjaan
semakin sempit, pengangguran kian membludak, dan berbagai tindak
kriminal mulai menjadi wabah sosial kemanusiaan.
Kondisi seperti
ini hanya akan melahirkan sistem individualis yang semakin tajam.
Setiap manusia -termasuk mahasiswa- lalu berpikir pintas untuk
'menyelamatkan' diri, dan akhirnya tidak peduli dengan keadaan
lingkungan. Standar perbuatan mereka adalah manfaat. Bagi mereka, yang
penting bermanfaat dirinya dan tidak merugikan orang lain. Bagi mereka
pacaran tidak menjadi masalah, asal tidak hamil dan tidak menimbulkan
'masalah'. Kelompok ini memang benar-benar ingin 'menikmati' dan hidup
tenteram dalam kondisi sekarang. Mereka tidak peduli kenikmatan hidupnya
itu diraih di atas penderitaan orang lain.
Bagi kelompok
mahasiswa seperti ini 'keberhasilan studi' merupakan cita-cita yang
paling dijunjung tinggi dan senantiasa jadi haluan perjuangannya. Bagi
mereka, standar keberhasilan itu adalah meraih nilai studi yang
setinggi-tingginya. Sains memang cukup mereka 'kuasai', namun
keilmuannya itu tidak berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam
kehidupan masyarakat. Dalam studinya, kelompok ini memang relatif banyak
berhasil; namun mereka belum mampu memenuhi dambaan dan harapan umat.
Kehidupan mahasiswa kelompok ini hanya berkisar antara kampus dan
rumah. Angan-angan mereka -kalau sudah lulus kelak- adalah pekerjaan
yang mantap dengan gaji yang besar, istri yang cantik, fasilitas yang
mewah, dan anak-anak yang lucu dan manis. "Persetan dengan lingkungan!
Yang penting aku, istriku, anak-anakku, dan keluargaku 'aman'!"
Cara hidup kelompok ini jelas tidak dibenarkan oleh Islam. Dalam Islam
tidak dikenal sistem kehidupan individualis. Kehidupan masyarakat dalam
Islam tidak membeda-bedakan apakah seorang itu mahasiswa, pelajar,
karyawan, atau lainnya. Semuanya bertanggung jawab terhadap kondisi
lingkungan di sekelilingnya. Rasulullah SAW mengingatkan :
"Barang
siapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka
orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barang siapa
tidakpernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka tidak
termasuk golonganku". (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al-Ghifari)
Kelompok ketiga adalah mereka yang 'terbius' sehingga terjerat dan terjerumus dalam bejatnya sistem kehidupan masa kini.
Sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi, telah mencabut
niali-nilai kehidupan lainnya, baik nilai-nilai akhlaq, kemanusiaan, dan
kerohanian (agama). Korban-korban sistem ini sudah cukup
bergelimpangan.
Sebagai contoh, tidak sedikit mahasiswa yang
terjerumus dalam pemakaian obat-oabat terlarang. Bahkan tidak sedikit
dari mereka yang terjerat dalam sindikat pengedar yang berskala
internasional.
Mereka yang terjerumus dalam sek bebas tidak
kalah mengerikan. Hasiltemuan FKM UNAIR menyebutkan bahwa pengidap AIDS
sebagian besar kalangan remaja. Dari 100 responden remaja yang diteliti,
FKM menyimpulkan bahwa 22,9 persen remaja usia 15 - 19 tahun telah
terkena virus HIV/AIDS, sedangkan remaja usia 20 - 24 tahun yang
terjangkit mencapai 77,1 persen. Fantastis dan sungguh mengerikan. Atau
kita juga sangat dikejutkan oleh peristiwa yang menjijikkan, peristiwa
VCD porno Itenas 1 Bandung dan Itenas 2 Medan. Sungguh memalukan dan
mengerikan.
Tawuran remaja yang tadinya hanya merupakan tren
remaja-remaja SMU, kini sudah diikuti oleh mahasiswa di perguruan
tinggi. Bahkan yang sangat menggelikan sekaligus memprihatinkan, sekitar
dua bulan yang lalu, mahasiswa ITS yang cukup tersohor dengan
teknologinya itu ikut-ikutan tawuran. Sungguh memalukan!
Kejadian-kejadian di atas hanya sekedar contoh kasus betapa kelompok
mahasiswa yang demikian ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Kasus aborsi, skandal dan jaringan seks bebas, perampokan, pembobolan
bank, penodongan, dan tindak kriminal lainnya tidak jarang dilakukan
oleh pemuda-mahasiswa.
Kelompok keempat adalah
kelompok pemuda-mahasiswa yang peduli lingkungan dan sadar akan
kerusakan dan kebrobokan sistem yang ada akibat tidak diberlakukannya
aturan Islam dalam realitas kehidupan. Dengan pemahaman terhadap
kenyataan seperti itu, disertai pendalaman terhadap tsaqofah Islam,
mereka melakukan perjuangan dakwah, menyeru umat untuk kembali kepada
Islam. Meskipun jumlahnya tidak terlampau besar, peranan mereka sangat
diharapkan umat untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat ke arah
yang Islami.
Alhamdulillah, di berbagai perguruan tinggi
perkembangan mereka cukup menggembirakan. Bahwa berjilbab itu merupakan
kewajiban bagi seorang muslimah sudah menjadi opini yang tidak
terbantahkan lagi. Sungguh menyedihkan kalau di antara mahasiswi muslim
ada yang belum paham bahwa jilbab itu wajib. Padahal, jika hal itu
dilalaikan, Allah SWT akan menurunkan azab yang sangat pedih.
Begitu juga, gerakan-gerakan kebangkitan Islam cukup santer di berbagai
perguruan tinggi. Gerakan keIslaman yang berasal dari Timur Tengah
ataupun bercorak lokal semakin bermunculan. Semuanya menyuarakan
kebangkitan Islam. Pemahaman Islam yang mereka raih bukan pemahaman yang
bersifat 'abangan'. Meskipu belajar di perguruan tinggi umum,
kitab-kitab kuning yang berbahasa Arab -baik dari kalangan fuqaha tempo
dulu maupun para mujtahid abad 20- pun menjadi santapan keseharian
mereka.
Meskipun masih terdapat berbagai perbedaan visi tentang
kebangkitan dan metode yang mereka lakukan, kelompok terakhir ini
merupakan kelompok dambaan ummat menuju kemuliaan hidup . Umat Islam
tidak mungkin bangkit dengan mengadosi aturan-aturan yang bukan berasal
dari Islam, baik dari paham kapitalis mapun sosialis.
Ketahuilah, umat Islam tidak mungkin meraih kemulaiaan kalalu umatnya
hanya memperhatikan kepentingan pribadi. Islam mustahil akan muncul dari
generasi-generasi yang telah " sekarat" karena korban kedurjanaan
sistem kapitalis. Islam hanya akan bangkit melalui manusia-manusia yang
ikhlas mewakafkan kehidupannya demi tegaknya Islam. Islam akan jaya di
tangan mereka yang memegang Islam walaupun bagai memegang bara api.
Meskipun secara materi kondisi mereka terkadang menyedihkan, perjuangan
mereka tak pernah redah; karena mereka mendambakan kemuliaan surga yang
dijanjikan Alloh SWT. Mereka yakin akan janji Allah SWT dalam Al-Qur'an :
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka". (QS. At-Taubat : 111).
Khatimah
Demikianlah kondisi realita pemuda-mahasiswa yang terlahir dan hidup
pada saat ini. Citra keIslaman mereka tidak sedikit yang tererosi dan
terdegradasi oleh budaya-budaya asing yang membius dan meracuni harapn
dan cita-cita mereka. Cinta mereka terwarnai kasih sayang semu, cinta
produk manusia. Cinta yang lahir dari napsu demi kenikmatan sesaat.
Cinta yang berakhir dalam kehampaan dan kegersangan.
Meskipun
demikian, masih ada mahasiswa dan mahasiswi yang masih teguh memegang
dan mempertahankan -dengan sekuat tenaga dan segala kemampuan- citra
mereka yang hakiki sebagai muslim. Merekalah
the real agent of change . Semoga Alloh SWT senantiasa menyertai mereka. Amin Ya Robbal 'Alamin.
Wa Allohu a'lam bi as-showab
(Kiriman dari Jamaah MPI)